BADUY DALAM, BADUY LUAR DAN BADUY MUSLIM; DITINJAU DARI ASPEK KEADAAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI, GIZI DAN KESEHATAN

Jumat, 08 September 2017

BADUY DALAM, BADUY LUAR DAN BADUY MUSLIM; DITINJAU DARI ASPEK KEADAAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI, GIZI DAN KESEHATAN


BADUY DALAM, BADUY LUAR DAN BADUY MUSLIM;
DITINJAU DARI ASPEK KEADAAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI, GIZI DAN KESEHATAN

BY: Taufik Maryusman, S.Gz, M.Gizi, M.Pd

Setelah beberapa kali mengikuti materi sosiologi antropologi gizi. Saya tertarik untuk membuat tulisan  ringan terkait sosial budaya system pangan dan gizi. Kenapa baduy; Karena baduy memiliki keistemewaan yang perlu diangkat dari sisi sosial-budaya system pangan dan gizi serta pembagian demografi kesukuan yang unik di dalami. Semoga dalam tulisan ini saya tidak kegagapan NARASI dalam membawakannya.

Suku BAduy merupakan salah satu suku yang berada di sekitar desa KANAKES, kecamatan LEUWIDAMAR, kabupaten LEBAK, dan provinsi BANTEN. Suku baduy dalam perjalanannya dikelompokan berdasarkan teritori sosial-budaya sehingga muncullah istilah baduy dalam, baduy luar dan badui muslim.

ABOUT SOSIO-ECONOMIC AND DEMOGRAPHIC
PENDIDIKAN
Baduy muslim jauh lebih menguasai kemampuan baca dan tulis disbanding dengan baduy luar dan baduy dalam. Hal ini bila diamati dalam adat baduy luar dan baduy dalam masih memegang prinsip adat yang mengatakan bahwa sekolah dilarang. Menurut mereka orang pintar tidak diperlukan, yang penting adalah orang yang mengerti kehidupan agar tidak dibodohi. Berbeda dengan badui muslim, walaupun aturan adat mereka pahami namun mereka masih menerima toleransi dan sangat menjunjung tinggi perintah agama yang berupa perintah “BACALAH” (QS;AL-ALAQ:1-5).
MATA PENCARIAN
Sebagian besar bahkan hampir semua suku baduy dalam dan baduy luar memiliki mata pencarian sebagai petani dan terkhusus juga bagi baduy luar berdagang merupakan dampak dari konversi hasil alam menjadi uang. Mengapa hampir seluruh pekerjaan masyarakat baduy dalam dan luar adalah bertani karena mereka berdomisili jauh di daerah pedalaman sehingga tidak ada pilihan lain dalam pekerjaan yang mereka lakukan. Berbeda dengan baduy muslim,  variasi jenis pekerjaannya lebih banyak mulai dari petani hingga sebagai guru PNS. Ada hal unik dalam mata pencarian ini, bahwa sebagian besar hasil lading berupa pertanian padi dan tidak boleh dijual serta harus disimpan dengan baik untuk keperluan sehari-hari. Bibit mereka dapatkan biasanya secara turun-menurun yaitu dari hasil panen sebelumnya yang idtanam kembali.

PENDAPATAN DAN PENGELUARAN
Sulit untuk mendapatkan data dari sumber informasi jurnal ataupun buku karangan ilmiah popular terkait seberapa pendapatn rata-rata (Rp/Kapita/Bulan)  baduy dalam dan baduy luar, karena memang sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan didapat dari sumberdaya alamnya sendiri sedangkan pengeluarannya lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari . Apabila kita belajar dari teori ekonomi, maka dapat disimpulkan sebagian besar bahkan hampir semua golongan ekonomi rendah yang dimana  cirri-cirinya sebagian besar pengeluaran untuk pangan sedangkan yang lain merupakan pengeluaran sekunder. Berbeda dengan baduy muslim, karena variasi pekerjaan yang beragam maka agak lebih mudah menilainya. Rata-rata baduy muslim pendapatan (Rp/Kapita/Bulan) sebesar Rp. 194.468-248.600 dan begitu pula dengan pendapatannya Rp. 227. 265 lebih dari separuh pengeluaran untuk pangan dan sisanya untuk non pangan yang dimana sebaran cukup besar walaupun tetap pangan yang menjadi target kebutuhan. Hal ini membuktikan bahwa baduy muslim dapat dikatakan golongan ekonomi menengah.

ALAT RUMAH TANGGA
Hampir semua suku baduy dalam dan luar memiliki tungku dari tanah liat untuk memasak dan didepan rumahnya untuk menerima tamu biasanya menggunakan bale-bale. Sebagian besar suku baduy tidak memiliki alat elektronik karena aturan adat yang tidak memperbolehkan. Berbeda dengan baduy muslim hampir semua rumah tangga memiliki tempat tidur, lemari pakian, bale-bale dan alat elektronik. Hal ini terjadi karena baduy muslim tidak ada larangan untuk kepemilikan asset apapun.

RUMAH
Baduy dalam dan baduy luar sebagian besar telah memiliki rumah sendiri. Terutama baduy dalam rumah yang dimiliki sangat luas dikarenakan letak mereka dipedalamam yang memiliki tanah yang luas dan memang penduduknya jarang. Berbeda dengan baduy muslim, sebagian besar keluarga masih tinggdal bersama orang tua dan luas rumah yang dimiliki lebih dari 45 m2

ABOUT NUTRITION AND HEALTH STATUS
KESEHATAN
Apabila kita membaca beberapa literature terkait kondisi kesehatan masyarakat baduy kita akan dapatkan fakta yang menarik. Masyarakat baduy dalam tidak menggunakan sabun untuk mandi dan mencuci namun faktanya baduy dalam tidak menderita penyakit kulit dibandingkan dengan baduy luar. Keadaan ini merupakan suatu fenomena yang perlu dikaji lebih lanjut karena bertolak belakang dengan teori kesehatan. Berbeda dengan baduy muslim karena sudah mengenal pendidikan, kebersihan dan kesehatan maka hampir seluruhnya sudah tidak menderita penyakit kulit, kalaupun menderita hanya gatal-gatal yang diakibatkan oeh sengatan binatang. Disisi lain jenis penyakit yang kaitan dengan masalah lingkungan yaitu diare dan ISPA juga perlu dibahas dalam kesempatan penulisan ini. Pencemara udara disebabkan industrialisasi dan efek jumlah kendaraan yang meningkat merupakan salah satu penyebab cukup tingginya kejadian diare dan ISPA pada baduy muslim dibandingkan baduy luar apalagi baduy dalam. Perilaku penyelesaian ketika mereka sakit cukup beragam. Baduy dalam sangat anti berobat ke tenaga kesehatan karena mereka menganggap sia-sia alias “TEU MATAK” sedangkan baduy muslim dan baduy luar sebagian besar bila terkena diare dan ISPA langsung memutuskan untuk ketenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan efek edukasi dan proses polarisasi masyarakat sekitar baduy luar dan baduy muslimlah yang sangat dominan merubah perilaku mereka.

STATUS GIZI

DEWASA
Rata-rata masyarakat baduy baik itu muslim, dalam, dan luar memiliki status gizi yag normal. Mungkin dikarenakan perawakan mereka yang kecil (Read: BB DAN TB). Namun beberapa fakta lain menunjukan bahwa baduy luar mulai menghadapi double burden tekhusus pada wanita-winta. Hal ini mungkin dengan tingkat kesejahteraan dan juga pola interaksi dengan dunia luar yang mengakibatkan keadaan gizi mereka berbeda.

ANAK
Rata-rata anak baduy mengalami underweight dan prevalensinya lebih tinggi dibandingkan nasional. Yang dari data lain kita dapatkan bahwa kejadian stunted pada anak baduy bahkan mencapai 60%. Prevalensi ini jauhlebih tinggi dibandingkan prevalensi stunting di Indonesia (read;34%). Hal menarik lainnya bahwa kejadian overweigt juga dialami oleh anak-anak baduy terutama baduy luar dan baduy dalam. Dapat disimpulkan bahwa anak-anak baduy dalam mengalami masalah gizi kronis dan juga akut dan baduy luar dan muslim mengalami masalah gizi ganda.

SIMPULAN
Dari narasi aspek sosial budaya dan ekonomi masyarakat baduy perlu untuk mendapat perhatian yang sangat serius walaupun memang nantinya akan terkendala dengan masalah adat. Namun pendekatan secara sosial cultural dan pemerintah selaku pihak yang berwenang dirasa akan bisa sedikit demi sedikit melakukan konsolidasi filtrasi agar hak-hak sebagai warga Indonesia dapat dirasakan oleh semua masyarakat/suku tanpa merusak adat setempat.
Status kesehatan dan gizi masyarakat baduy baik dewasa mapun anak perlu mendapatkan perhatian karena mereka adalah bagian dari ENTITAS MANUSIA INDONESIA sehingga perlu dijaga keberlangsungannya.
Demikian tulisan sederhana sosiologi antropologi gizi  berdasarkan kajian literatur

0 komentar :

Posting Komentar